Ibnu ‘Abbās

Klik untuk mendengarkan versi audio!

‘Abdullāh ibnul ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā merupakan sepupu Rasūlillāh shallallāhu ‘alaihi wasallam dan keponakan Ummul Mu’minīn Maymūnah radhiyallāhu ‘anhā yang didoakan langsung Sang Rasul:

 

Ya Allah, anugerahilah ia dengan ilmu fikih dan ajarilah ia dengan ilmu tafsir.”

Lahir di Mekkah pada masa Boikot Quraisy atas Bani Hāsyim tiga tahun sebelum Hijrah Madaniyyah. Al-Abbās ibn ‘Abdilmuththalib -yang saat itu belum masuk Islam- membawa putra terakhirnya ini kepada Sang Rasul untuk ditaḥnīk. Karena masih kecil dan kondisi keluarga yang tak memungkinkan, beliau baru hijrah ke Madinah setelah Fatḥu Makkah tahun 8 H. Namun dalam 30 bulan kebersamaan beliau dengan Sang Rasul, yakni ketika usia beliau sekitar 11-14 tahun, banyak sekali ilmu yang beliau peroleh. Belum lagi ditambah semangat beliau berguru juga kepada para Shaḥābat senior, utamanya ‘Umar ibnul Khaththāb, ‘Aliyy ibn Abī Thālib, dan Mu’ādz ibn Jabal radhiyallāhu ‘anhum. Di Madinah ini jugalah beliau menyetorkan hafalan Al-Qur’an secara utuh di hadapan Ubayy ibn Ka’b dan Zayd ibn Tsābit radhiyallāhu ‘anhumā, sebelum lantas beliau lebih banyak menghabiskan waktu mengajar di Mekkah lalu wafat di sana tahun 68 H dalam usia sekitar 71 tahun.

Total hadis yang diriwayatkan shaḥābiyy berjuluk Ḥabrul Ummah (ulamanya umat Islam) tersebut ialah sebanyak 1.660 hadis serta menempati peringkat ke-4 daftar Shaḥābat yang paling banyak riwayat hadisnya. Sedangkan dalam bidang fikih, Ibnu ‘Abbās-lah shaḥābiyy yang paling banyak fatwanya, sampai-sampai kata Ibnu Ḥazm fatwa beliau bisa dihimpun dalam 20 kitab. Begitu pula di bidang tafsir, beliaulah shaḥābiyy yang paling banyak kutipan pendapat tafsirnya. Tak heran, sebab di Al-Masjidil Ḥarām, memang beliau memiliki majelis pengajian setiap pagi dengan sesi yang silih berganti antara majelis hadis, fikih, tafsir, dan ilmu-ilmu kebahasaan dengan jumlah murid sekitar 200 tābi’iyy. Di antara nasihat terkenal beliau ialah:

“Rasa malu dan keimanan itu saling berangkai. Jika rasa malu telah hilang, maka yang serangkai dengannya pun akan mengikuti.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *