Tua, Bukan Alasan

Dalam belajar bahasa Arab kita mengenal ilmu yang paling dasar, yaitu sharaf dan nahwu. Sebagai pemula tentu bingung, ilmu apakah keduanya. Sharaf dan nahwu merupakan ilmu tata bahasa yang saling berkaitan. Tidak bisa dipisahkan, dapat berjalan beriringan atau didahulukan salah satunya. Biasanya yang dipelajari terlebih dahulu adalah ilmu sharaf kemudian setelahnya ilmu nahwu.

Dalam buku Ilmu Sharaf untuk Pemula dan buku Ilmu Nahwu untuk Pemula yang keduanya karya Abu Razin dan Ummu Razin, menjelaskan tentang definisi kedua ilmu yang kerap disebut sebagai ilmu alat, yaitu alat untuk membuka gudangilmu. Ilmu Sharaf adalah ilmu yang mempelajari perubahan sebuah kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Perubahan kata-kata ini juga disebut sebagai tashrif. Sedangkan ilmu nahwu adalah ilmu yang mempunyai harakat akhir sebuah kata yang akan menentukan kedudukan kata tersebut di dalam sebuah kalimat. Tentu saja perubahan harakat ini tidak boleh sembarangan, karena ada kaidah yang mengatur perubahan tersebut.

Setelah mengetahui perbedaan kedua ilmu tersebut, kita diajak untuk mengenal tiga unsur penyusun kata, yaitu:

  1. Fiil

Merupakan kata yang berkaitan dengan waktu, yang bermakna perbuatan atau kerja.

  • Isim

Merupakan kata yang tidak berkaitan dengan waktu yang bermakna kata benda.

  • Huruf

Merupakan kata sambung, terdiri dari satu hingga beberapa huruf hijaiah yang mempunyai makna.

Dari pembagian unsur penyusun di atas, kita dapat menganalisa sebuah kalimat, apakah terdiri dari fiil, isim dan huruf. Marilah kita mencoba membedah sebuah hadis Rasulullah  

طلب العلم فريضة على كل مسلم

  • Kata طلب  à isim
  • Kata العلم   à isim
  • Kata فريضة  à isim
  • Kata على  à huruf
  • Kataكل  à isim
  • Kata مسلم à isim

Unsur kata yang banyak digunakan pada hadis tersebut adalah isim, yaitu kata yang tidak berkaitan dengan waktu. Dalam hal ini, kita dapat menganalisa hadis menuntut ilmu ini bahwa sebagai penuntut ilmu tidak terbatas oleh waktu, baik itu pagi, siang, sore ataupun malam hari, juga tidak berkaitan dengan usia. Selama umat muslim mendapat kesempatan untuk belajar dalam sepanjang hidupnya, maka kewajiban menuntut ilmu tersebut merupakan fardu ain atas setiap diri muslim.

Program-progam Yayasan BISA dapat diikuti hingga berbagai kelompok usia. Seperti program untuk anak-anak yang lebih mengutamakan hafalan kosa kata. Desember 2013 Program Yayasan BISA yang pertama hadir adalah BISA, yaitu Belajar Ilmu Sharaf yang dikemas selama delapan pekan tanpa adanya batasan usia maksimal. Peserta yang mengikuti program online ini sangat bervariatif, ada yang masih sekolah, baik sekolah umum maupun di pesantren, ada juga mahasiswa, ibu rumah tangga dan pekerja. Tidak kalah penting juga pensiunan yang mulai belajar sharaf.

Pada pekan awal, peserta diberikan pekerjaan rumah berupa hafalan dan tulisan. PR atau yang dikenal sebagai waajibat tulisan berupa ayat Al-Qur’an yang kemudian dibedah sesuai dengan kategori unsur penyusun kata. Sedangkan untuk waajibat hafalan, peserta diharapkan dapat menghafal kata ganti atau dhamir munfashil yaitu dhamir yang terpisah baik dalam kondisi rafa’ maupun nashab. Dhamir munfashil nashab tercantum pada QS. Al-Fatihah (1) ayat 5, yaitu:

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥

  • Kata اِيَّاكَ à isim dhamir munfashil nashab
  • Kata نَعْبُدُ à Fiil
  • Kata وَ à huruf
  • Kata اِيَّاكَ à isim dhamir munfashil nashab
  • Kata نَسْتَعِيْنُۗ à fiil

Pada ayat ke-5 ini diawali dengan kata اِيَّاكَ yang dapat berarti hanya kepada Engkau atau begitu juga kamu. Jika ditilik dari segi keterkaitan dengan waktu, maka dhamir termasuk isim dan isim tidak terikat dengan waktu. Dapat kita pahami ketika kita beribadah dan memohon pertolongan kepada Allahﷻ tidak terikat waktu. Dalam artian, kapan saja kita dapat berdoa, berzikir, dan melakukan ibadah wajib dan sunnah lainnya.

Sesuai perkembangan waktu, dalam belajar sharaf yang awalnya delapan pekan, kini menjadi 12 pekan karena ditambah mempelajari penulisan hamzah selama empat pekan. Selesai belajar program BISA, peserta dapat melanjutkan program belajar berikutnya yaitu ilmu nahwu. Jika Belajar Ilmu Sharaf disingkat BISA, maka BINA adalah Belajar Ilmu Nahwu.

Awal dalam belajar ilmu nahwu kita akan disuguhkan pembagian isim secara umum dan khususnya. Isim ma’rifah merupakan isim yang khusus dan isim nakirah merupakan isim yang umum. Pada dasarnya, isim itu nakirah atau umum, kecuali enam isim yang merupakan isim ma’rifah atau isim yang khusus.

  1. Isim Dhamir

Seluruh kata ganti, baik dhamir munfashil yaitu dhamir yang terpisah maupun dhamir muttashil yaitu dhamir yang tersambung.

  • Isim Isyarah

Kata tunjuk, baik kata tunjuk dekat mapun jauh, baik yang berjumlah tunggal, dua maupun banyak atau jamak.

  • Isim ‘Alam

Merupakan nama orang atau nama kaum juga bisa nama negara atau nama kota.

  • Isim Maushul

Merupakan kata sambung atau penghubung. Tidak semua isim maushul ini ma’rifah. Kata مَنْ dan مَا merupakan isim maushul yang nakirah.

  • Isim yang Dilekati AL

Semua isim yang didekati AL adalah ma’rifah. Contoh kata كتاب merupakan nakirah jika dilekati AL seperti maka kata الكتاب merupakan ma’rifah.                                                                                                          

  • Isim yang Disandarkan pada kelima Poin di Atas

Merupakan isim idhafah yang disandarkan pada lima poin di atas. Contoh kata كتابه merupakan ma’rifah karena disandarkan pada dhamir. Sedangkan kata كتاب طالب merupakan nakirah, karena tidak disandarkan pada kelima isim di atas. Kata كتاب الطالب merupakan ma’rifah karena disandarkan pada isim yang diberi AL.

Dari materi ini, mari kita bahas QS. Asy Syarh (94): 6.

اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

  • Kata اِنَّ à huruf
  • Kata مَعَ à isim zharaf
  • Kata الْعُسْرِ à isim ma’rifah
  • Kata يُسْرًاۗ  à isim nakirah

Mari kita perhatikan dua kata yang terdiri dari isim ma’rifah dan isim nakirah, yaitu kata الْعُسْرِ yang mempunyai arti kesulitan. Dan kata يُسْرًا yang mempunyai arti kemudahan. Seperti yang sudah kita pahami, ma’rifah itu adalah khusus, berarti kata الْعُسْرِ merupakan ma’rifah. Kesulitan yang kita hadapi itu khusus, tertentu atau fokus pada kesulitan tersebut. Namun untuk kemudahan jalan keluarnya yaitu kata يُسْرًا   adalah umum, banyak, nakirah. Sehingga ketika kita menemukan kesulitan, kita harus yakin tidak ada jalan buntu, yang ada adalah banyaknya jalan keluar kemudahan untuk keluar dari kesulitan. Pentingnya mempelajari bahasa Arab agar kita dapat memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah untuk menambah kecintaan kita terhadap Islam dan semakin mendekatkan diri kepada Allahﷻ.

Mari bersemangat belajar, karena seperti hadis Rasulullah yang sudah kita bahas di atas, tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu. Bersemangatlah dalam mencari ilmu selama kita masih dapat menghirup oksigen. Yakinlah, sesungguhnya bersama kesulitan terdapat kemudahan, karena hanya kepada Allahﷻ tempat kita memohon pertolongan, bukan kepada yang lain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot77 gengtoto sv388 ws168 sbobet wdbos olx188 slot bonanza slot zeus slot thailand pg slot gacor88 jalak4d pga77 ladangtoto ladangtoto2 ladangtoto3 slot zeus pga77 gacor88 pga77 pga77 pga77 slot gacor slot resmi olx188